Konsep Biaya Produksi

Konsep Biaya Produksi

Menurut (Anwar, Ashari, & Indrayenti, 2010) biaya adalah sejumlah uang yang dikeluarkan (atau dapat berbentuk hutang) untuk kegiatan operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan barang dan jasa. (Padangaran, 2013) menyatakan bahwa pada umumnya biaya adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan suatu kegiatan. (Dewi & Kristanto, 2015) menyatakan bahwa biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah produk hingga menghasilkan barang dan jasa. Biaya produksi digolongkan menjadi tiga yaitu:

  1. Biaya bahan baku yang merupakan biaya seluruh bahan yang akan dijadikan bagian dari objek biaya (barang dalam proses kemudian barang jadi) dan yang dapat ditelusuri ke objek biaya dengan cara yang ekonomis.
  2. Biaya overhead pabrik atau biaya produksi tidak langsung adalah seluruh biaya manufaktur yang terkait dengan objek biaya namun tidak dapat ditelusuri objek biaya (barang dalam proses kemudian barang jadi dengan cara yang ekonomis. contohnya biaya penyusutan, biaya pemeliharaan, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja tidak langsung).
  3. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dibayarkan pada pekerja yang secara langsung terlibat dalam proses produksi. Biaya tenaga kerja langsung meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke objek biaya (barang dalam proses kemudian barang jadi) dengan cara yang ekonomis. Contohnya pekerja yang dibayar per jam.

Jika kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah proses produksi, dana yang digunakan disebut biaya produksi. Jika kegiatannya adalah proses perdagangan maka dana disebut biaya pemasaran. Kedua jenis biaya ini memiliki sifat berbeda antara satu dengan lainnya dalam kaitan dengan jumlah barang yang diproduksi atau jumlah yang diperdagangkan. Struktur biaya di kelompokan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap umumnya didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya relatif tetap dan akan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Besarnya biaya tetap tidak bergantung pada besar atau kecilnya produksi. Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar atau kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel (Soekartawi, 2016) secara sistematis rumus biaya total adalah sebagai berikut :

TC = FC + VC
TC TFC TVC
TC = Total biaya produksi

TFC = Total biaya tetap

VC = Total biaya variabel
Biaya tetap menurut (Mulyadi, 2015) merupakan biaya yang jumlahnya

tidak terpengaruh oleh tingkat aktivitas dalam kisaran waktu tertentu. Biaya tetap hanya berlaku untuk analisis dalam waktu yang relatif pendek yaitu sepanjang

kapasitas  produksi  belum  berubah.  Contoh  biaya  tetap  antara  lain:  biaya penyusutan, biaya sewa, pajak dan iuran. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya berubah sesuai dengan perubahan tingkat volume produksi. Contoh biaya variabel antara lain: biaya bahan baku, biaya energi, komisi penjualan.

Analisis biaya menurut (Soekartawi, 2016) adalah metode yang digunakan

untuk menganalisis hubungan biaya, penerimaan dan pendapatan.

  1. Penyusutan

Penyusutan atau depresiasi adalah alokasi secara periodik dan sistematis dari harga perolehan aset selama periode-periode beberapa yang memperoleh manfaat

dari penggunaan aset bersangkutan. Penyusutan umumnya terjadi ketika aset tetap telah digunakan dan merupakan beban bagi periode di mana aset dimanfaatkan (Hery, 2014) Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan saat menentukan biaya penyusutan atau biaya depresiasi adalah:

  1. Biaya Perolehan (Acquisition Cost)

Biaya akuisisi atau total biaya aset adalah faktor utama untuk menentukan jumlah penyusutan. Beban penyusutan ini dihitung berdasarkan total biaya suatu aset yang harus dikeluarkan hingga aset tetap tersebut siap digunakan.

  1. Perkiraan Umur Ekonomis Aktiva (Estimate Economical Life Time of Asset) Faktor selanjutnya yang harus dipertimbangkan saat menghitung biaya penyusutan atau depresiasi adalah umur ekonomis suatu aset. Jumlah penyusutan yang lebih kecil dibebankan untuk aset dengan masa manfaat yang lebih lama dan sebaliknya. Umur ekonomis ini dapat dinyatakan dalam jumlah unit yang

diproduksi atau jangka waktu seperti minggu, bulan atau tahun.

  1. Perkiraan Nilai Residu Aset (Estimated Residual Value of Asset)

Nilai sisa aset atau nilai residu aset adalah nilai yang dapat direalisasikan ketika aset dijual atau tidak dipakai lagi pada akhir perkiraan masa manfaatnya. Apabila perusahaan menggunakan aset tersebut hingga usang dan sama sekali tidak memberikan manfaatnya lagi, maka aset atau aktiva tersebut dapat dikatakan sudah

tidak memiliki nilai residu atau nilai sisa lagi. Namun apabila perusahaan menggantikan aktivanya setelah periode penggunaan yang relatif singkat dan aset yang bersangkutan masih dapat dimanfaatkan lagi, maka nilai residu atau nilai sisa aset tersebut akan relatif masih tinggi.

Pemilihan metode penyusutan harus mempertimbangkan berbagai keadaan. Beberapa metode dapat digunakan untuk menghitung beban penyusutan. Standar kelayakan  untuk  menghitung  beban  penyusutan  yaitu  dilihat  dari  waktu pengembalian investasi, semakin cepat waktu pengembalian investasi maka semakin baik pula usaha yang dijalankan.

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *